TEGAL – Sebuah rumah mewah berdiri megah di tengah proyek tol Brebes-Pemalang, tepatnya di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupate...
TEGAL – Sebuah rumah mewah berdiri megah di tengah proyek tol Brebes-Pemalang, tepatnya di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Rumah tersebut berdiri di antara puing-puing bekas rumah yang dibongkar karena terkena proyek tol.
Rumah tersebut merupakan milik seorang juragan warteg bernama Samawi. Menurut warga setempat, Samawi tingga di Jakarta dan hanya sesekali pulang ke Tegal. Rumah milik Samawi seharusnya juga ikut tergusur karena jalan tol akan melewati lahan di atasnya. Namun, karena belum ada kesepakatan harga, bangunan tersebut tak kunjung dibongkar.
Menurut ayah dari Samawi, Tarmidi, 70 tahun, Samawi memang enggan melepas rumah itu lantaran harga yang ditawarkan terlalu rendah. “Katanya mau dibayar Rp 1,5 miliar. Tapi dia enggak mau, enggak cocok,” kata dia.
Dia mengaku tidak tahu secara pasti berapa ukuran rumah milik anaknya. Namun, yang jelas luasnya tidak sampai lebih dari 400 meter persegi. “Di sini (dibelakang rumah Samawi) rumah ukuran 400 meter persegi, dilepas Rp 1,5 miliar. Tapi kan bentuk rumahnya tidak sebagus rumah Samawi, meskipun ukurannya lebih kecil,” katanya.
Di desa setempat, ada 28 rumah yang terkena dampak proyek tol. Sebanyak 27 rumah sudah sepakat soal harga, dengan pejabat pembuat komitmen (PPK) pembebasan lahan tol. Hanya satu rumah yang belum deal yaitu rumah milik Samawi.
Pembangunan jalan Tol Pejagan-Pemalang tersebut sudah masuk pada seksi III (Brebes Timur-Tegal) dan Seksi IV (Tegal-Pemalang). Jalan tol sepanjang 37 kilometer ini akan melewati sejumlah desa di Kabupaten Tegal dan Pemalang.
Pimpinan Proyek Tol Pejagan-Pemalang dari PT. Pejagan Pemalang Toll Road (PPTR), Mulya Setiawan, membenarkan masih ada pemilik satu rumah yang belum sepakat ihwal ganti rugi lahan. Pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada PPK untuk menyelesaikan masalah ini. “Kami kan hanya membangun saja,” katanya.
Sumber: Tempo.co