NKRI NEWS, BANYUWANGI — Pernikahan antara Wastiti Putri SW (30) dan Angga Yudistira (33), warga Banyuwangi, yang digelar pada Minggu (11...
NKRI NEWS, BANYUWANGI — Pernikahan antara Wastiti Putri SW (30) dan Angga Yudistira (33), warga Banyuwangi, yang digelar pada Minggu (11/9/2016) ini cukup unik karena maskawin yang diberikan mempelai pria kepada mempelai wanita adalah secangkir kopi.
Sebelum akad nikah dimulai, di hadapan penghulu dan tamu undangan, Angga, sang penggantin pria, meracik kopi Arabica campuran Gayo dan Ijen Raung dengan metode cold brew.
Kemudian, setelah akad nikah diucapkan, Angga memberikan secangkir kopi dan diteguk habis oleh Wastiti Putri.
"Perfect," ucap Angga disambut tepuk tangan meriah tamu undangan.
Kepada Kompas.com, Wastiti Putri mengaku sengaja tidak meminta mahar seperti kebanyakan pengantin lainnya. Ia sengaja memilih kopi karena dia dan suaminya sama-sama hobi minum kopi.
"Selain itu, kalau diminum kan kopinya jadi satu dengan tubuh. Harapannya ya tidak bisa terpisah sampai tua dan di surga," katanya.
Sementara itu, Angga, pengantin pria, menjelaskan, kopi memiliki filosofi sederhana dan jujur.
Menurut lelaki berusia 33 tahun tersebut, kesederhanaan kopi bisa dilihat dari rasa dasarnya yang pahit, sementara jujur dilihat warna kopi yang hitam.
"Walaupun rasanya pahit, kopi masih ada rasa manisnya kok. Warnanya juga hitam lambang kejujuran. Harapannya nanti pahit manisnya pernikahan kami akan kami nikmati, juga jujur layaknya kopi," kata Angga.
Untuk meracik kopi, Angga belajar kepada Reza, salah satu barista di Banyuwangi. Menurut pemilik Cafe Minak Kopi tersebut, Angga belajar meracik kopi lebih dari tiga bulan dan lebih intensif lagi tiga hari menjelang pernikahan.
"Saya kaget katanya buat maskawin. Saya pikir guyon. Sengaja saya pilihkan blend Arabica antara biji kopi Gayo Honey dengan biji Ijen Raung yang orang bilang kopi Ijen Blue Mountain. Ini jenis kopi yang hanya didapatkan setahun sekali dan pohonnya di antara lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung. Untuk memetiknya butuh waktu sekitar satu jam jalan lebih untuk tracking ke sana. Rasanya selain pahit ada dominan rasa manis," katanya.
Sementara itu, Mustain Hakim, Kepala KUA Kecamatan Banyuwangi, kepada Kompas.com mengaku terkejut saat mempelai tersebut mengutarakan akan menggunakan maskawin secangkir kopi.
"Saya sempat merayu untuk menambahkan barang lain, tetapi pengantin tidak mau. Ya sudah tidak apa-apa. Maskawin dengan membaca Al Quran saja bisa. Yang penting adalah maknanya. Sudah 15 tahun menjadi penghulu dan menikahkan 5.000 lebih pasangan, baru kali ini yang pakai mahar secangkir kopi. Semoga bahagia untuk kedua mempelai," katanya. (KOMPAS.com)