Teori Bumi Datar: Bumi Bundar Atau Datar?

Teori bahwa Bumi bulat datar ( flat earth ) ibarat sebuah telor ceplok, membuat sebagian besar  homo sapiens  degan teknologi masa kini dan...

Teori bahwa Bumi bulat datar (flat earth) ibarat sebuah telor ceplok, membuat sebagian besar homo sapiens degan teknologi masa kini dan ilmu pengetahuan modern, keningnya berkerut. Teori usang yang kembali di blow up oleh Wilbur Gleen Voliva kembali marak.
Bumi Datar dari beberapa catatan dan manuskrip kuno
Bumi bulat datar banyak diyakini oleh berbagai macam budaya seperti Babilonia kuno, India, Cina, dan Jepang kuno. Pada periode awal Mesir dan Mesopotamia menganggap Bumi digambarkan sebagai piringan datar yang mengambang di laut.
Gambaran tentang hal itu ditemukan dalam catatan Homer dari abad ke 8 SM di mana “Okeanos, dipersonifikasikan dari air yang mengelilingi permukaan lingkaran bumi. Bumi adalah piringan pipih yang mengambang di atas air.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/Anaximander_world_map-en.svg/240px-Anaximander_world_map-en.svg.png
Peta bumi datar oleh Anaximander.
Tulisan pada Piramida dan Coffin mengungkapkan bahwa orang Mesir kuno percaya Nun (Samudera) adalah sebuah bentuk melingkar mengelilingi nbwt(arti istilah “lahan kering” atau “Kepulauan”). Beberapa filsuf pra-Socrates percaya bahwa Bumi itu datar. Thales (sekitar 550 SM) berpendapat bahwa bumi datar mengambang di air seperti log.
Anaximander (sekitar 550 SM) meyakini bentuk Bumi adalah silinder pendek dengan datar, melingkar atas yang tetap stabil karena itu jarak yang sama dari segala sesuatu.
Anaximenes dari Miletus percaya bahwa “bumi itu datar dan naik di udara, sama dengan matahari dan bulan dan benda-benda langit lainnya.
Xenophanes dari (c. 500 SM) menganggap bahwa bumi itu datar, dengan sisi atas yang menyentuh udara, dan sisi bawah tanpa batas. Keyakinan dalam bumi datar berlanjut sampai abad ke-5 SM.
Anaxagoras (c. 450 SM) sepakat bahwa bumi itu datar, dan Arkhelaus muridnya percaya bahwa Bumi datar tertekan di tengah seperti cawan.
Bentuk Bumi oleh Earth-flatter dipercaya seperti koin yang disekelilingnya atau dipinggirnya bersalju atau ber-es yang dikenal sebagai kutub selatan atau Antartika.
Sejarawan Hecataeus dari Miletus juga percaya bumi itu datar dan dikelilingi oleh air. Dalam pandangan Jepang kuno, bab pertama dari Nihongi (“Chronicles of Japan”) menggambarkan kepercayaan Jepang kuno bahwa dunia itu datar dan lahan kering melayang “seperti minyak” di atas air.
Di Cina kuno, kepercayaan yang berlaku adalah bahwa bentuk bumi itu datar dan persegi, sedangkan langit itu bulat, asumsi tersebut hampir dipertanyakan sampai diperkenalkannya astronomi Eropa pada abad ke-17 .
Ahli kebudayaan Cina asal Inggris, Cullen menekankan titik bahwa tidak ada konsep Bumi yang bulat dalam astronomi Cina kuno.
Pemikiran Cina pada bentuk bumi tetap hampir tidak berubah dari awal kali sampai kontak pertama dengan ilmu pengetahuan modern melalui media misionaris Jesuit pada abad 17.
Model telur sering digunakan oleh para astronom China seperti Zhang Heng (78-139 M) untuk menggambarkan langit sebagai bola. Langit seperti telur ayam dan sebagai bulat seperti peluru panah, bumi adalah seperti kuning telur, dan terletak di pusat.
Teori Bumi Datar kembali lagi di era teknologi sudah modern
Salah satu Presiden dari Flat Earth Society pernah mengatakan bahwa pendaratan manusia di Bulan adalah tipuan yang dilakukan di studio Hollywood dan gaya gravitasi merupakan suatu kekuatan mistis dan sebagainya.
Mohammed Yusuf, pendiri sekte Islam Boko Haram di Nigeria, menyatakan keyakinannya bahwa Bumi itu datar dan banyak lagi tokoh yang menyatakan bahwa bentuk Bumi itu datar.
Perdebatan bentuk Bumi ini telah berlangsung dalam berbagai kebudayaan selama berabad-abad. Bahkan dalam salah satu buku terkenal karangan Washington Irving menyatakan bahwa Columbus meyakini bahwa Bumi itu datar.
Berdasarkan penelitian terakhir dari Historical Association di Inggris diketahui bahwa cerita dalam buku tersebut tidaklah benar.
Bagi banyak orang, gambar Bumi bulat berwarna biru yang indah yang diambil dari sisi orbit Bulan merupakan gambaran sempurna pentingnya misi ke ruang angkasa. Namun ternyata, itu tidak dipercaya oleh semua orang.
Pada abad ke 21, istilah flat-earther digunakan untuk menggambarkan seseorang atau sekelompok orang yang menyatakan yakin planet ini rata. Apakah kelompok ini benar ada, atau hanya sekedar lelucon belaka? 
Walau tak dapat dibuktikan dengan persamaan rumus baik dari hukum matematika ataupun hukum fisika, namun yang percaya jumlahnya banyak. Mengapa teori yang telah purba dan hanya sebagai sejarah kunonya pengetahuan pada masa lalu ini, kembali menyembul ke permukaan?
Teori usang pra-Islamic yang kembali dipopulerkan oleh illuminatis ini, semua hanya bersifat objektif, dan hanya sekedar opini yang tak dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan modern dan juga tak bisa menjelaskan bagaimana terjadinya Aurora di kedua kutub Bumi dan banyak fenomena alam lainnya.
Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyatakan Bumi adalah “hamparan”
Para kafir harby sering kali menuduh Ayat Alqur’an tidak ilmiah berkaitan dengan anggapan bahwa menurut Alqur’an bumi itu datar. Berikut ini dalil Alqur’an yang biasa mereka pakai:
  • Surah Al-Hijr 19:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr 19:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Hijr 19)
Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.
Pada surat Al-Hijr ayat 19 tersebut, dikatakan bahwa Allah telah menghamparkanBumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak.
Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat dibagian manapun dari pada Bumi itu, baik di sisi selatan, barat, utara, dan timur, maka kita akan melihat bahwa bumi itu datar saja, seolah-olah terhampar di hadapan kita.
moon earth2Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru bumi itu bulat adanya.
Selanjutnya, jika Bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung Bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu.
Penelitian dan pengalaman manusia telah membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus-menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja Bumi itu tidak bulat keberadaannya.
  • Surah Al-Baqarah 22:
Adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah 22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah 22)
Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya terasa datar bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti benar-benar datar.
Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur dengan aman dan nyaman. Kata firasydalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur.
Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur Bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan.
Namun demikian, pada bagian lapisan paling atas, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer yang disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan.
Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu.
  • Surah Qaaf 7:
Adalah firman Allah pada surat Qaaf 7:
“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…” (Qaaf 7)
Penjelasan tentang surah ini bisa dilihat dipembahasan berikutnya dibawah.
  • Surah An-Naba 6-7:
Adalah firman Allah pada surat An-Naba’ 78 : 6-7
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan,… (An-Naba’: 6)
…….dan gunung-gunung sebagai pasak?” (An-Naba’: 7)
Penjelasan tentang surah ini bisa dilihat dipembahasan berikutnya dibawah.
  • Surah Al-Ghasyiyah 20
Adalah firman Allah pada surat Al-Ghasyiyah 20:
“Dan bumi bagaimana dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah 20)
Penjelasan tentang surah ini bisa dilihat dipembahasan berikutnya dibawah.
Pengertian bahasa Arab berbeda dengan pengertian bahasa Alquran
Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa Bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya?
Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam.
Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.
Dalam mempelajari sastra Alquran, mereka harus belajar bahasa Arab terlebih dahulu, kemudian sastra Arab, dan selanjutnya sastra Alquran, mala barulah belajar tafsir Alquran. Bahasa Arab khususnya bahasa Alquran sangat kaya kata-kata. Itu sebabnya Alquran diturunkan berbahasa Arab karena tak ada bahasa di dunia ini sekaya bahasa Arab.
Banyak bahasa Alquran yang tak bisa diartikan ke dalam bahasa-bahasa di dunia. Jika diartikan walau sepotong kata saja, artinya bisa berupa sebuah kalimat karena tidak ada persamaan katanya di dalam bahasa selain Arab. Terkadang para ulama hanya menerjemahkan Alquran secara letterlet bahkan sering sepotong-sepotong.
Dalam mempelajari arti dalam Alquran tidaklah mudah. Bahkan orang Arab yang menggunakan bahasa Arab sehari-hari, tidak semuanya mengerti arti Alquran jika mereka tak mempelajari sastra Alquran.
Dalam hal ini seperti kata:
1. Farasya = ‘fa-ra-syin’
Kata tersebut berasal dari kata ‘farasya’ yang dalam bahasa Inggris dimana bahasa Inggris jauh lebih kaya perkataan dan kosa-katanya dibanding bahasa Indonesia, berarti: to spread out, extend, stretch forth, furnish = menghampar.
Farasya mempunyai kata turunan: furusy (berbentuk jamak). Dan bentuk tunggalnya adalah: firasy. Kata ‘firasy’ dalam bahasa Indonesia berarti: hamparan yang biasanya digunakan untuk duduk atau berbaring. Dari situ kata tersebut juga bisa diartikan: permadani, kasur atau ranjang.
Dalam kalimat ini tidak ada kaitan terhadap sesuatu yang terhampar dengan sesuatu yang ‘datar’. Artinya, firasy bukan secara gamblang berarti  Bumi datar.
Seperti kita membuat kalimat lain, “Lihatlah hamparan padang pasir itu”. Atau “Lihatlah hamparan padi itu”. Atau, “Lihatlah hamparan gunung-gunung itu”. Atau “Lihatlah hamparan lautan itu”. Sekali lagi, bahwa “hamparan” yang dimaksud bukan berarti bahwa planet Bumi adalah datar.
Permukaan Bumi adalah hamparan yang luas. Terhampar atau hamparan yang terlihat didepan mata kita seperti yang Al-Quran maksud bukan berarti memiliki pengertian bahwa planet Bumi adalah datar.
Permukaan Bumi adalah hamparan yang luas. Terhampar atau hamparan yang terlihat didepan mata kita seperti yang Al-Quran maksud bukan berarti memiliki pengertian bahwa planet Bumi adalah datar.
2. Dahaahaa / Dahaah
waal-ardha ba’da dzaalika dahaahaa
“Dan bumi sesudah itu dijadikan oleh-nya berbentuk bulat telur (berbentuk telur burung onta).” (QS.An–Naazi’aat [79]:30).
ada juga yang mengartikan:
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” (QS.An–Naazi’aat [79]:30).
Kata Arab Dahaahaa artinya seperti bentuk telur burung unta. Kata arab dahahaoleh para penerjemah, ada yang diterjemahkan sebagai “menghamparkan”, walau kurang tepat tapi terjemahan ini juga betul.
Bentuk telur burung unta “Dahaahaa” menyerupai bentuk bulatan Bumi. Dengan demikian, Al-Quran menjelaskan dengan benar bentuk Bumi, meskipun anggapan yang berkembang pada saat itu yaitu pada saat Al-Quran diturunkan, Bumi berbentuk datar, tapi Al-Quran tak pernah menyebutkan dengan gamblang bahwa Bumi datar, dan hanya menjelaskan apa yang mereka saat itu lihat, sebagai “hamparan“.
Permukaan Bumi adalah hamparan yang luas.
Permukaan Bumi adalah hamparan yang luas. Terhampar atau hamparan yang terlihat didepan mata kita seperti yang Al-Quran maksud bukan berarti memiliki pengertian bahwa planet Bumi adalah datar.
Prof Dr Siileyman Atec, mantan kepala Depertemen Agama di Turki, memberikan definisi berikut untuk kata “Dahaahaa” tersebut, berdasarkan kamus Arab yang terkenal Lisan ul Arab: Kata dahaah berarti untuk membentang, dan memberikan (sesuatu) bentuk bulat. Kata dahaahaa juga didefinisikan sebagai permainan yang dimainkan dengan kenari.
Diturunkan dari cabang yang sama, kata “medahi” merujuk pada batu yang bulat. Meskipun makna bulat tersembunyi dalam kata-kata yang diturunkan dari kata dahaha bagi sebagian penerjemah, Bumi yang lonjong sukar untuk dipahami, lalu mereka menerjemahkannya sebagai terhampar/terbentang.
Bentuk bumi sebenarnya memang seperti bentuk telur burung unta. Dengan demikian bentuk Bumi adalah lonjong dengan ujung tumpul. Kenyataan bahwa burung unta banyak ditemukan di Semenanjung Arab pada waktu itu, mestinya membuat mereka yang menyelidiki misteri ini memegang sebutir telur unta dan mempelajarinya. Gambaran pasti dari bentuk Bumi yang selalu dipermasalahkan di sepanjang sejarah, telah dinyatakan dalam Al-Quran.
bentuk-bumi sesperti telur burung onta
Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an tak tergerus masa hingga akhir zaman
Bisa dibayangkan, alangkah anehnya jika pada waktu itu Bumi sudah dikatakan secara gamblang berbentuk bulat. Pastinya orang-orang PADA MASA LALU bingung, dan bertanya bagaimana mungkin Bumi bulat? Karena yang mereka lihat di depan mata yaitu tanah, daratan, gurun pasir dan juga laut seperti “hamparan”. Pastinya mereka tak akan mau mempercayai Al-Quran, yang bisa jadi mereka katakan sebagai KEBOHONGAN.
Dan bisa pula dibayangkan, alangkah anehnya jika pada waktu itu Bumi dikatakan datar atau rata, setelah waktu dan masa berlalu hingga sekarang, pastinya orang-orang PADA MASA KINI, dimana teknologi telah canggih, juga bingung , dan bertanya bagaimana mungkin Bumi datar? Karena pada masa kini banyak astronot dari Rusia, Amerika, Perancis, Inggris, Israel, Cina, India, Malaysia, dan banyak lainnya telah melihat bahwa Bumi bulat. Pastinya mereka juga tak mempercayai Al-Quran, yang bisa jadi mereka katakan sebagai KEBOHONGAN.
Inilah sebagai salah satu bukti, bahwa Al-Quran adalah kitab suci sepanjang masa sejak diturunkan hingga akhir zaman, karena tak lekang oleh zaman walau peradaban manusia sudah sangat maju dan modern.
Pada masa kini, ribuan satelit sudah mengorbit planet Bumi. Sebagian besarnya memiliki orbit melewati kutub utara dan kutub selatan, yang mana orbit tersebut disebut sebagai “pole orbiter”. Dari satelit-satelit itu juga sudah memfoto seluruh jengkal permukaan Bumi termasuk lautan, kutub utara dan benua Antartika di kutub selatan.
Al-Quran adalah kitab suci bagaikan “telegrap” yang hanya terdiri dari pengertian yang ringkas namun padat, artinya Al-Quran bukan mirip artikel yang panjang dan komplit menjelaskan secara detail satu-persatu tentang semua kehidupan dan juga seluruh ilmu pengetahuan di Bumi ini hingga akhir zaman secara detail dan komplit, karena jika Al-Quran menjelaskan seluruh aspek, maka tebalnya Al-Quran tak seperti sekarang, melainkan setebal gedung tinggi dan banyak orang malas mempelajarinya.
Ilmuwan Muslim: Bumi itu Bundar
Berkata Imam Ibnu Hazm dalam Al-Fishal fil Milal wan Nihal (2/97):
“Pasal penjelasan tentang bulatnya Bumi. Tidak ada satupun dari ulama kaum muslimin, semoga Allah meridlai mereka, yang mengingkari bahwa Bumi itu bulat, dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka. Bahkan al-Quran dan as-Sunnah telah menguatkan tentang bulatnya Bumi.”
Hal senada pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan menukil perkataan Imam Abul Husain Ahmad bin Jafar bin Munadi salah seorang ulama Hanabillah yang sangat masyhur di zamannya- berkata:
“Demikianlah juga para ulama sepakat bahwasanya Bumi dengan segala gerakannya, baik di darat maupun di laut itu bulat [Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 25/159]. Dan Syaikhul Islam pun menukil adanya ijma para ulama mengenai hal ini dari Imam Ibnu Hazm dan Abul Faraj Ibnul Jauzi.” [Majmu Fatawa 6/586].
Berkata Imam Ibnu Hazm:
“Kita katakan kepada orang yang tidak memahami masalah ini: Bukankah Allah mewajikan kepada kita untuk shalat Dzuhur apabila matahari telah bergeser ke arah barat (zawal)? Pasti dia akan menjawab: Ya. Lalu tanyakan kepadanya tentang makna bergesernya matahari ke arah barat, pasti jawabannya adalah bahwa matahari telah berpindah dari tempat pertengahan jarak antara waktu terbitnya dengan waktu tenggelamnya, dan ini terjadi di semua waktu dan semua tempat. Maka orang yang mengatakan bahwa Bumi itu datar dan tidak bulat dia harus mengatakan bahwa orang yang tinggal di daerah Bumi paling timur harus shalat Dhuhur saat matahari barusan terbit, juga orang yang tinggal di daerah paling barat tidak menjalankan shalat Dhuhur kecuali di pengunjung siang dan ini adalah sesuatu yang sudah keluar dari ketetapan syariat Islam [Al-Fishal 2/87 dengan diringkas].
Dalam bukunya, Syaikh Abdul karim Al-Humaid menuliskan:
“Adapun firman Allah pada surah Al-Ghasyiyah [88]:20. Artinya: ‘Dan bumi bagaimana dihamparkan?’. Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar.” [Hidayatul Hairan Fi Masalatid Daurah oleh Syaikh Abdul karim Al-Humaid hal. 56]
Berkata Syaikh Bin Baz:
“Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana firman Allah Taala seperti dalam firmanNya yang srtinya : ‘Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan’ [Al-Baqarah [2] ; 22]
“Juga firmanNya dalam surah An-Naba [78] : 6-7 yang artinya : ‘Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? [An-Naba [78] : 6-7], dan juga pada surah Al-Ghasyiyah [88] : 20 yang artinya, “Dan bumi bagaimana dihamparkan?'” [Al-Ghasyiyah [88] : 20]
Kesimpulannya, Bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini [Lihat Al-Adilah An-Naqliyah wal Hissiyah oleh Syaikh Ibnu Baz hal. 103]
Langit juga Bulat
Adapun mengenai keberadaan bahwa langit itu bulat, maka ini pun sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama Islam.
Berkata Imam Ibnu Katsir:
“Imam Ibnu Hazm, Ibnul Munadi dan Ibnu Jauzi serta para ulama lainnya telah menukil adanya ijma bahwa langit itu bulat” [Al-bidayah wan Nihayah 1/69 tahqiq DR Abdullah At-Turki, lihat juga Al-Fishal 1/97-100]
Dan ini pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Telah kami jelaskan bahwa langit itu bulat menurut para ulama dari kalangan sahabat dan tabiain, bahkan tidak hanya satu orang ulama yang mana mereka adalah orang paling mengetahui tentang riwayat menyatakan bahwa langit itu bulat, seperti Abul Husain bin Munadi, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi”. [Majmu Fatawa 25/195]
Dalil mengenai masalah ini sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah pada surah Yasin 40 yang artinya :
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. [Yasin [36]: 40]. Berkata Hasan Al-Bashri bahwa maksudnya adalah berputar, berkata Ibnu Abbas: Berputar pada falak seperti falkah mighzal yaitu kayu berbentuk bulat yang digunakan untuk menenun kain.
Juga firman Allah dalam surah Al-Anbiya 32 yang artinya:
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga” [Al-Anbiya : [21] : 32]
Keberadaan langit sebagai atap Bumi, sedangkan Bumi itu bulat maka langit pun bulat. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah :
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa Arsy itu seperti kubah, dan ini adalah sebuah isyarat bahwa langit itu bulat”.
Bumi berada di tengah langit
Beberapa ilmuwan dan ahli tafsir Muslim pada masa keemasan Islam telah berpendapat bahwa Bumi kita ini adalah pusat alam semesta. Dia berada persis di tengah-tengah lingkaran langit.
Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama sebagaimana dinukil olehSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam beberapa tempat dalam Majmu Fatawa beliau.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Bahwasanya Bumi terletak di tengah bulatan langit. Yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya semua benda langit itu terlihat dari Bumi di segala penjuru langit dalam jarak yang sama, ini semua menunjukkan bahwa jauhnya antara bumi dan langit itu sama dari segala sisi, dan ini dengan tegas menunjukkan bahwa bumi itu terletak persis di tengah-tengah” [Majmu Fatawa 25/195]
Universe can seen JAGAD RAYA TERAMATIPada masa lalu, ilmuwan Eropa, Galileo Galilei (1546-1642) mengatakan dengan tegas bahwa Bumi berbentuk bulat.
Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebenaran pernyataan Galileo tersebut pun semakin jelas.
Belakangan, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa Galileo-lah orang pertama yang menemukan teori bulatnya Bumi.
Padahal bentuk Bumi yang bulat sudah dipercaya pada zaman keemasan Islam, oleh karena itulah maka kapal-kapal laut dari wilayah Timur Tangeh dan Persia telah berdagang dikala itu.
Mereka sudah berlayar ribuan mil jauhnya hingga menuju benua Amerika dan bertemu dengan bangsa asli Amerika, bahkan mereka sudah ke Selatan benua Afrika dan juga sudah sampai ke kawasan Asia Timur.
Bagaimana Pendapat Ulama Islam?
Sebenarnya jauh-jauh sebelum Galileo, sudah banyak ulama dan ilmuan yang mengatakan bahwa pelanet bumi ini berbentuk bulat. Lebih jelasnya mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam berikut ini:
Ilmuwan Islam, Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M / 732H – 808 H) mengatakan:
“Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bumi….” (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Ulama Islam, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) mengatakan:
“Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi hanyalah tengah. Dan paling bawahnya adalah pusat….” (Al-Jawab Ash-Shahih li Man Baddala Din Al-Masih).
Bagi Qazuaini seorang ilmuwan Muslim, salah satu bukti Bumi berbentuk bulat adalah:
“Bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat”. (Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuwan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an)
Dan masih banyk lainnya.
Apakah Pendapat Para Ilmuwan dan Ulama Bertentangan dengan Al-Qur’an?
Tentu saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar’i dalam bukunya “Mausu’ah Al-Ilmiyah fi I’jaz Al-Qur’anul Karim” (Penerbit Attawfiqiah, Kairo) mengambil dalil bumi berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur’an. Demikian juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu datar menurut Alqur’an surah Az-Zumar ayat 5:
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)
Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Dalam hal ini seperti menggulung sorban di kepala dengan cara melingkarinya terus-menerus. Pada ayat diatas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam.
Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada padasatu tempat yang bulat secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar?
EarthDari keterangan ayat diatas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari.
Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam.
Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas Bumi, hanya jika permukaan Bumi itu: bulat adanya!
Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap Bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi tata surya.
Ratusan Astronom dan Ilmuwan Muslim di Zaman Ke-Emasan Islam
Pada masa keemasan Islam, para ahli Muslim diantaranya termasuk astronom, selalu mengamati langit. Mereka telah meneliti alam semesta ini dengan sangat seksama. Oleh karena itulah, navigasi pada zaman keemasan Islam sangat maju. Hal itulah yang membuat mereka bisa berlayar mengarungi lautan kemana-mana.
Beberapa astronom yang paling terkenal itu diantaranya adalah:
1. Khawarazmi (780 – 850)
2. Al Farazi (790)
3. Al Battani (s. 850 – 923)
4. Al Farghani (870)
5. Abul Wafa (940 – 998)
6. Abu Nashr Mansur (970 – 1036)
7. Ibnu Sina (986-1037)
8. Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti (1008)
9. Omar Al-Khayyám (1048 – 1131)
10. Ibnu Rusyd (1126 – 1198)
11. Ibnu Bajjah (1138)
12. Al Tusi (1201 – 1274)
dan banyak lainnya.
Dua pertiga (2/3) bintang yang sekarang kita lihat dilangit bernamakan Arab. Hal ini terjadi karena pada masa lalu langit sudah diteliti secara cermat oleh umat Muslim. Olah karena itulah bintang-bintang yang bertabuaran diberikan nama Arab di masa itu.
Kemudian nama-nama itu kini diganti dengan nama-nama dewa-dewa Yunani oleh saintis non-Muslim yang mempelajari astronomi pasca kejayaan Islam, melalui buku-buku ilmuwan Muslim pada masa sebelumnya itu. Lalu mereka menconteknya, mempelajarinya dan semua buku-buku ilmuwan Islam itu dibakar, banyak darinya musnah hingga kini.
https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Stamps_of_Azerbaijan%2C_2009-861.jpg
Al Tusi (1201 – 1274) ilmuwan Muslim bidang astronomi, filsafat, teologi, Ilm al-Kalam, Islamic Philosophy, Astronomy, Mathematics, Chemistry, Biology and Medicine, Physics, Non-Euclidean Geometry, dan science lainnya.
Dengan demikian mereka akan mendapatkan nama yang terkenal dan tertera di sejarah barat, serta mendapatkan hak cipta atau hak paten atas temuan-temuannya, yang sebenarnya mencontek itu.
Berbeda dengan pandangan Islam, jika ilmuwan menemukan apapun itu, maka harus berbagi ilmu temuannya.
Jika terdapat temuan baru, maka tidak diperbolehkan untuk mempatenkannya apalagi mengambil keuntungan banyak dari hasil temuannya.
Karena dalam Islam, ilmu adalah amal yang terus mengalir walau orang tersebut telah tiada. Maka ilmu harus dibagikan gratis, bahkan diajarkan kepada lainnya.
Pada masa keemasan Islam, saintis muslim jumlahnya ribuan, dan mereka sudah meyakini bahwa Bumi bundar, bukan datar seperti telor ceplok, jauh sebelum Phytagoras, Gelileo, Newton, Kepler dan lainnya.
Di Alkitab disebutkan bahwa Yesus ditempakan di gunung yang tinggi dan juga pohon yang tinggi agar dapat melihat semua kerajaan di Bumi hingga yang paling pinggir. Ini artinya bahwa Bumi datar, dan matahari serta semua planet mengelilingi Bumi. Padahal banyak kerajaan yang berada disisi Bumi lainnya ketika mereka ada di malam hari dan tak terlihat ketika siang hari.
Perihal Bumi datar kemudian dibantah oleh ilmuwan dan beberapa darinya dihukum mati. Sedangkan Galileo Galilei (1546-1642) dipenjara karena menentang Gereja dan juga isi Alkitab.
Hal itu terjadi ketika pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung denganAccademia dei Lincei untuk mengamati bintik Matahari. Pada tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori Nicolaus Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo.
Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan Bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya karena bertolak belakang dengan isi kitab suci.
Abu Raihan Al-Biruni (Khawarazmi, Turkmenistan, Persia, 15 September 973 – 13 Desember 1048) adalah peneliti bidang matematika, astronomi (determined Earth’s circumference), fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, obat-obatan, farmasi.
Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.
Galileo menulis Saggiatore pada tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal.
Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku “Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo” yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632.
Namun, pada tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.
Kardinal Francesco Barberini, protes kepada Galileo Galilei, kemudian Galileo telah dikutuk oleh Gereja Katolik untuk “kecurigaan keras bid’ah”.
Kini dengan teknologi modern, terbukti bahwa Bumi bulat bundar. Ilmuwan Islam terbukti benar. Dan mereka sudah mengetahuinya ribuan tahun sebelum para saintis non-Muslim. Tapi sayang, pada masa sekarang, banyak umat Muslim yang kembali percaya bahwa Bumi datar mirip ketika pra-Islam. Mereka tak mengenal rumus matematika dan fisika.
Jika Bumi datar, mereka juga tak mengerti bagaimana terjadinya Aurora? Seberapa lama perjalanan planet-planet mengelilingi orbitnya? Dan lain sebagainya. Mereka hanya berteori dan tak membahas rumus!
Jika Bumi datar, bagaimana ada kutub utara dan kutub selatan? Apakah jika ada magnet berbentuk lempengan seperti kancing, maka kutub utaranya ada di tengah, dan kutub selatannya ada dipinggiran?
Silahkan untuk mencari tahu, atau membuat magnet berbentuk lempengan seperti teori Bumi datar, dan buktikan kedua kutubnya ada dimana. Apakah kedua kutub ada di tengah dan disekeliling pinggirnya, atau kedua kutubnya ada diatas dan dibawah lempengan.
Anehnya, mereka percaya bukan pada ilmuwan dan ilmu astronomi, namun lebih percaya kepada orang yang menafsirkan Alquran, yang mana penafsirnya tak mempelajari Sastra Alquran yang otomatis tak mengerti apa yang dimaksud oleh kitab suci itu.
IndoCropCircles
Referensi:
Nama

aktual,944,artis,5,astronomi,1,berita,978,bola,1,edukasi,5,fakta unik,59,herbal,1,humor,10,ibroh,1,informasi,20,inspiratif,41,internasional,35,islami,9,kecantikan,5,kesehatan,30,kisah nyata,5,kontroversi,149,kriminal,9,masakan,8,militer,5,Nasional,4,opini,58,politik,131,resep,8,seba-serbi,14,sejarah,48,selebriti,2,seni,1,Tausiah,5,teknologi,3,tips,32,wanita,8,
ltr
item
NKRI ONLINE: Teori Bumi Datar: Bumi Bundar Atau Datar?
Teori Bumi Datar: Bumi Bundar Atau Datar?
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/Anaximander_world_map-en.svg/240px-Anaximander_world_map-en.svg.png
NKRI ONLINE
http://nkrijayanews.blogspot.com/2016/08/teori-bumi-datar-bumi-bundar-atau-datar.html
http://nkrijayanews.blogspot.com/
http://nkrijayanews.blogspot.com/
http://nkrijayanews.blogspot.com/2016/08/teori-bumi-datar-bumi-bundar-atau-datar.html
true
8704552831577260830
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy