NKRI NEWS, TEGAL - Selalu ada kisah menarik yang mengiringi kematian tokoh-tokoh besar. Beberapa tokoh bahkan terdengar seperti tahayul,...
NKRI NEWS, TEGAL - Selalu ada kisah menarik yang mengiringi kematian tokoh-tokoh besar. Beberapa tokoh bahkan terdengar seperti tahayul, namun tak sedikit pula orang yang meyakininya.
Sosok almarhum Susuhan Amangkurat I, Raja Mataram Islam yang jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Tegal Wangi Pekuncen Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah juga memiliki cerita lain.
Cerita yang saat hingga saat ini masih terus dibicarakan dari mulut ke mulut tentang Amangkurat I adalah jenazahnya yang tidak pernah membusuk.
Bukan hanya tidak membusuk, malahan janzah seperti hidup karena kuku dan rambutnya juga masih tumbuh dan memanjang.
Juru kunci Pemakaman Tegal Arum Agus Sholeh menceritakan cerita tersebut masih berlangsung turun temurun dan diceritakan pula oleh kakeknya yang juga menjadi juru kunci dua generasi di atasnya.
"Jadi konon dulu jenazahnya tidak dikijing (ditutup batu nisan) tapi hanya ditutup dengan kaca saja, jadi setiap tahun dari keraton Solo datang dan melakukan pemotongan rambut dan kuku," jelas Agus saat menemui rombongan Travel Heritage Disbud DIY, Rabu (17/8/2016).
Prosesi itu berlangsung sejak meninggalnya sang raja pada abad ke-17 atau 1677 hingga sekitar tahun 1960 an.
Permanen
Pada tahun 1960 an atas pertimbangan dari Keraton Kasunanan Surakarta serta para tokoh agama akhirnya mereka sepakat untuk menutup secara permanen makam Amangkurat I dengan batu nisan.
Sejak penutupan makam yang salah satu tujuannya agar tidak terjadi kemusyrikan tersebut, maka tradisi potong rambut dan kuku oleh Keraton Surakarta sudah tidak berlangsung lagi.
"Kakek saya yang masih di masanya, kalau saya sendiri tidak melihat langsung karena tahun segitu belum lahir. Wallahu alam semua kembali ke kepercayaan masing-masing," jelasnya.
Walaupun begitu, hingga kini Kesunanan Surakarta masih tetap memberikan penghormatan kepada makam leluhurnya dengan menggelar jamasan setiap tahunnya di bulan Suro dalam penanggalan Jawa.
Amangkurat I dalam sejarahnya adalah Raja Mataram Islam yang merupakan putera dari Sultan Agung dan naik tahta sejak 1646.
Pleret
Pada tahun 1648 dia memindahkan pusat pemerintahannya dari Kerta ke Pleret, Bantul dan kemudian mendirikan keraton di sana.
Pada akhir pemerintahannya yang banyak dipenuhi pemberontakan akhirnya dia digulingkan oleh Trunajaya dan putera mahkotanya yang kelak menjadi
Amangkurat II.
Dia yang kalah kemudian melakukan perjalanan ke barat dengan tujuan meminta bantuan VOC di Batavia, namun karena faktor kesehatan dan umur dia kemudian meninggal dalam perjalanan.
Atas wasiatnya pula dia kemudian dimakamkan di Tegal Arum berdampingan dengan guru sekaligus pengasuhnya di masa kecil Tumenggung Danupaya atau Ki Ageng Lembah Manah. (tribunjogja.com)