NKRI NEWS – Adalah nekat jika ada seorang pria yang memilih memotong organ kemaluannya. Terkecuali tindakan tersebut memang didasari ol...
NKRI NEWS – Adalah nekat jika ada seorang pria yang memilih memotong organ kemaluannya.
Terkecuali tindakan tersebut memang didasari oleh indikasi medis, yakni situasi yang menempatkannya harus memotong penis atas pertimbangan kesehatan dan keselamatan hidupnya dari dokter dan spesialis.
Memotong penis dalam istilah medis dikenal dengan nama penektomi.
Contoh salah satu indikasi medis untuk dilakukannya penektomi adalah kasus kanker penis. Jika tidak ada indikasi medis, jangan coba-coba untuk memotong penis pria.
Pasalnya, risiko kemudiannya lebih besar dibandingkan sebuah harga sebuah niat tekad apapun yang mendasarinya.
Apa saja konsekuensinya jika seorang pria telah kehilangan penisnya?
Memotong penis tanpa adanya pemotongan skrotum akan membuat seseorang mengalami depresi.
Karena dorongan hasrat seks yang dipicu oleh hormon testosteron seorang pria yang diproduksi di dalam skrotum tetap ada, sedangkan penis sudah tidak ada, maka akan terganggu penyaluran dan kepuasan seksualnya.
Tentunya, kondisi ini akan memengaruhi kondisi jiwa seorang pria juga.
Meskipun buang air kecil duduk memang lebih tuntas mengeluarkan urine pada pria, namun bisa dibayangkan kerepotan yang ditimbulkan.
Karena kepraktisan proses buang air kecil yang sudah umum dapat dilakukan di urinal yang berdiri.
Selain penektomi, ada juga prosedural pengangkatan buah zakar, yakni dikenal dengan istilah orchiectomy.
Prosedural pengangkatan testis pada pria biasanya dilakukan pada indikasi medis kanker testis atau bahkan karena trauma berat pada organ testis.
Lalu apa dampaknya jika testis diangkat dari seorang pria?
Lokasi buah zakar merupakan area yang menampung organ reproduksi hormon testosteron.
Jika buah zakar diambil, maka produktivitas testosteron ikut terganggu. Umum diketahui, testosteron sendiri merupakan pemeran penting terciptanya dorongan seks atau libido muncul pada pria.
Ketika libido tidak muncul, maka aktivitas seks pun menjadi berkurang.
Bagi beberapa pria, hal ini menjadi sumber masalah.
Dengan kevakuman hormon testosteron, bentuk tubuh seorang pria juga menjadi cenderung membulat dan jauh dari kekar.
Pasalnya, testosteron merupakan hormon yang membantu dalam pembentukan massa otot.
Dan juga terdapat perubahan bentuk tubuh pada pria yang dimaksud biasanya adalah munculnya payudara pada pria yang dikenal dengan istilah ginekomastia.
Lebih jauh lagi, untuk sebagian orang perubahan ini pun berdampak pada kepercayaan diri seorang pria, yang sangat rentan memengaruhi rasa depresi yang kian mengintai.
Tulang keropos atau osteoporosis menjadi sangat rentan muncul karena kondisi kevakuman hormon testosteron yang menyebabkan menurunnya kepadatan (densitas) tulang, yang mana hal ini juga semakin dipengaruhi bertambahnya usia juga.
Karena seiring dengan perubahan usia, usia biologis seorang pria juga memiliki dampak.
Osteoporosis acapkali melanda pada pria dan wanita berusia diatas 45 tahun.
Kevakuman hormon testosteron dapat membuat rambut mengalami kerontokan dan semakin lama akan berujung menjadi kebotakan. (KlikDokter.com)