NKRI NEWS - Berita tentang massa FPI yang berdemo di Deliserdang yang menuntut agar RM BPK (Babi Panggang Karo) ditutup, dengan cepat m...
NKRI NEWS - Berita tentang massa FPI yang berdemo di Deliserdang yang menuntut agar RM BPK (Babi Panggang Karo) ditutup, dengan cepat menyebar luas, khususnya di media sosial. Sontak muncul beragam status dan komentar serta meme-meme yang menyinggung prilaku FPI, apalagi hal ini terjadi pada RM BPK yang nota bene dimiliki oleh orang Karo.
Suku Karo sebagai bangsa taneh (pribumi) di Deliserdang merasa apa yang dilakukan oleh FPI ini sebagai wujud penjajahan, karena terjadi di rumah sendiri. Reaksi yang wajar jika kemarahan itu muncul walau masih terkendali. Dari salah satu media yang saya baca dan pesan singkat dari teman-teman di Medan, aliansi Masyarakat dan Pemuda Karo pun siap mengerahkan masa turun ke jalan apabila FPI berani menyentuh aset-aset Karo, salah satunya RM BPK ini.
Di medsos dukungan bagi RM BKP pun berdatangan bukan hanya dari internal Suku Karo saja, tetapi di grup-grup fb Suku Batak pun berhamburan dukungan dan mengecam tindakan FPI yang tidak menghormati kearifan lokal setempat. Mereka beranggapan FPI sebagai Ormas pendatang harusnya menghormati bukan merengek untuk dihormati.
Grup-grup nasional seperti JOKOWI PRESIDENKU dan Save AHOK juga kini ramai membicarakan BPK dan kecaman terhadap tindakan FPI ini banyak bermunculan.
Perlu sedikit penulis jelaskan. Memang awalnya BPK (Babi Panggang Karo) ini hanya salah satu menu di rumah-rumah makan khas Karo dan berpengunjung Suku Karo saja. Namun, belakangan ini BPK semakin populer, karena rasanya yang khas berbeda dengan menu serupa (babi panggang) lainnya, sehingga kemudian penggemar BPK ini bukan hanya dari Suku Karo, tetapi juga dari kelompok-kelompok etnis lainnya, seperti Batak, Ambon, Flores, Tionghua, Jawa, dll.
Bahkan, jika kita melihat menjamurnya RM BPK bukan saja di Sumatera Utara. Sepanjang lintas Sumatera sudah banyak berdiri RM BPK bahkan hingga ke Pulau Jawa yang pengusahanya juga bukan lagi orang Karo saja. Sangat wajar jika FPI mengusik BPK bukan orang Karo saja yang merasa terusik, tetapi orang Batak hingga orang Tionghoa, baik sebagai konsumen maupun turut dalam usaha RM BPK ini merasa tidak nyaman dengan tindakan FPI ini.
Kepopuleran BPK pasca diusik FPI pun kian meningkat. Banyak juga yang mengatakan agar BPK ini dipatenkan dan diusulkan menjadi salah satu makanan khas Indonesia non halal untuk diperkenalkan ke dunia internasional. Memang, kalau dilihat dari tingginya konsumsi masyarakat, ini bukan sesuatu yang berlebihan. Tentunya Suku Karo sebagai pemilik awal dari BPK ini sangat mendukung, demikian juga sambutan baik datang dari Suku Batak yang merupakan salah satu konsumen terbesar BPK. ((sorasirulo.com))