NKRI NEWS – Ini catatan lama bulan Januari lalu, Propaganda Santoso -yang mengaku sebagai komandan ISIS wilayah Indonesia timur- sebaga...
NKRI NEWS – Ini catatan lama bulan Januari lalu, Propaganda Santoso -yang mengaku sebagai komandan ISIS wilayah Indonesia timur- sebagai syuhada, bukanlah sekedar permainan. Di luaskannya propaganda mereka melalui media sosial, ditambah dengan ancaman ISIS untuk membalas dendam atas terbunuhnya Santoso, adalah tanda-tanda bahwa mereka ingin menghimpun barisan.
Salah satu polanya adalah angkat seseorang sebagai tokoh atau pahlawan. Kuatkan karakter tokoh sehingga menjadi magnet perlawanan. Buka kembali kisah lama (dalam hal Santoso ini konflik Poso tahun 1998 – 2000 an) untuk meningkatkan eskalasi kebencian.
Sesudah itu, ciptakan satu benturan yang nanti akan di propagandakan sebagai perang etnis, suku atau agama. Ketika benturan skala lokal terjadi, luaskan propaganda dan diharapkan terjadi balas dendam.
Ketika skala benturan meluas, hancurkan karakter pemimpin negara dan aparat bahwa mereka tidak mampu mengatasi konflik. Ketika aparat represif, gerakkan playing victim dan teriak HAM.
Kerusuhan mengakibatkan ekonomi jatuh, investasi luar berhenti, dan salahkan mereka sebagai penyebab kerusakan ekonomi. Jika semua itu sudah tercapai, kudeta. Gaungkan khilafah, kepemimpinan dgn syariat Islam dan gagalnya demokrasi.
Siapa yang bermain di belakang?
Banyak tetapi dengan satu tujuan, Indonesia di lemahkan. Negara ini potensi memimpin ASEAN kuat sekali (laporan Asean Development Bank Indonesia akan memimpin ekonomi ASEAN tahun 2020) berdasarkan jumlah penduduk dan sumber daya alam.
Kuat-kuatlah minum kopi karena untuk mencapai seperti yang dikatakan ADB, jalannya pasti terjal dan penuh guncangan..
Seruput dulu sebagai kesepakatan bahwa NKRI adalah harga mati, apapun pertaruhannya. Jadilah manusia, jangan mau jadi domba yang diadu atau kambing yang dihitamkan. (DENNYSIREGAR.COM)