NKRIONLINE.COM - Setelah aksi bunuh diri di Terminal Kampung Melayu yang mengakibatkan tewasnya 3 orang Polisi dan 11 orang warga sipil ...
NKRIONLINE.COM - Setelah aksi bunuh diri di Terminal Kampung Melayu yang mengakibatkan tewasnya 3 orang Polisi dan 11 orang warga sipil lainnya luka-luka, kini baru para wakil rakyat yang terhormat yang duduk manis di Senayan itu melek mata mereka, kecuali Fadli Zon.
Lambatnya RUU Pemberantasan Terorisme di DPR akibat ulah oknum wakil rakyat itu yang oposisi dengan pemerintah. Padahal kejadian bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu adalah tindakan teroris yang sangat berbahaya karena sasaran mereka aparat kemanan.
Kelompok teroris memiliki jaringan yang sangat kuat dan begitu luas dengan kekuatan finansial, sementara Undang-Undang Pemberantasan Terorisme sangat lemah. Apa kerjanya para wakil rakyat yang terhormat itu selama ini? Dia digaji dengan gaji yang besar termasuk tunjangan-tunjangan yang dibayar dari uang rakyat, namun kerjanya hanya nyinyir terhadap pemerintah.
Padahal sejak dulu Wiranto sudah meminta kepada DPR RI untuk segera merampungkan revisi UU Terorisme dengan melibatkan unsur TNI kepada pimpinan dan anggota Panja Terorisme. Tapi karena malas kerja, taunya hanya makan gaji buta dari uang rakyat sehingga selalu saja ada masalah yang merintangi.
“Sejak dulu saya minta ini segera diselesaikan. Saya ketemu beberapa kali dengan Panja, di rumah dinas. Saya jelaskan ini lho masalahnya. Tapi sampai ke pembicaraan (di DPR) agak lamban,” ujat Wiranto.
Selain Wiranto, Presiden Jokowi juga mendesak agar Revisi UU Terorisme Dirampungkan, namun apa kata Fadli Zon? Dia Bilang merampungkan Revisi UU Terorisme itu bukan seperti membuat kerajinan tangan. Alasannya Pansus RUU Terorisme telah membahas sejumlah hal, meskipun belum pada kesimpulan.
“UU itu kan bukan seperti membuat kerajinan tangan, tetapi memang membutuhkan suatu pengkajian yang butuh naskah akademik. Filosofinya seperti apa, karena begitu menjadi undang-undang, dia mengikat seluruh warga Indonesia,” ujar Fadli Zon nyinyir.
Jawabannya kok seperti begitu, cara jawab yang tidak mewakili rakyat sama sekali. Teroris sudah mengacak-ngacak NKRI, malah masih sempat-sempatnya nynyir terhadap pemerintah. Nyawa manusia disamakan dengan kerajinan tangan.
Selain itu, Fadli Zon juga bilang bahwa dia tidak ingin UU tersebut disalahgunakan oleh pemerintahan Jokowi sebagai alat politik serta alat kekuasaan untuk menangkap seseorang. Kok bisa ada wakil rakyat yang digaji dari uang rakyat tapi tidak menjaga nyawa rakyatnya sendiri dengan selalu saja mencari-cari masalah dengan pemerintah.
Untuk urusan pemberantasan terorisme, tidak ada istilahnya oposisi terhadap pemerintah. Ini menyangkut nyawa banyak orang dan kedaulatan negara. Terorisme adalah musuh negara. Tidak perlu diperdebatkan lagi.
Yang membuat RUU itu lama karena unsur TNI akan dimasukkan dalam salah satu pasal. Sepertinya mereka takut TNI akan menyalahgunakan wewenang mereka dalam pemberantasan teroris.
Padahal sudah terbukti pemberantasan teroris di Poso yang melibatkan TNI. Kelompok teroris Poso dihancurkan prajurit TNI yang gagah berani sampai tidak tersisa. Mereka dihabisi, dibantai, dimusnahkan, dihancurkan, termasuk pentolan teroris Poso, Santoso, yang meregang nyawa dihajar peluru tajam dari moncong senjata prajurit TNI.
Belajar dari kecolongan aksi teroris di Terminal Kampung Melayu, Presiden Jokowi sudah memerintahkan cari dan kejar sampai ke akar-akarnya karena sasaran para Teroris kini bukan lagi menyasar kaum kafirun penghuni neraka jahanam (menurut versi mereka), akan tetapi sasaran mereka adalah aparat kemanan.
Peristiwa bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu adalah bukti tindakan aksi balas dendam mereka terhadap aparat keamanan karena sejumlah rekan mereka ditumpas Densus 88.
Sekalipun Panja Revisi Undang-Undang nomor 15 tahun 2003 tentang Terorisme telah disepakati oleh DPR RI untuk memasukkan kewenangan TNI dalam RUU Terorisme, namun dengan nyinyirnya Fadli Zon dalam urusan yang krusial ini membuktikan bahwa Fadli Zon adalah benalu dan parasit negara yang terus merongrong kewibawaan pemerintah.
Fadli Zon tidak paham bahwa dalam menghadapi kelompok teroris harus dengan kekuatan total, yaitu dengan mengerahkan semua komponen bangsa yang ada, baik itu TNI, polri, Parlemen dan unsur masyarakat. Diperlukan kekuatan total untuk memberangus mereka karena terorisme adalah musuh negara.
Sudah banyak nyawa yang melayang akibat ulah teroris terhadap negara ini, tapi kerjanya Fadli Zon hanya nyinyir dan nyinyir melulu terhadap pemerintah. Apa harus menunggu salah satu keluarganya jadi korban terorisme, baru matanya terbuka lebar dan bangun dari mimpi panjangnya selama ini.
Kura-kura begitu.
Sumber : Seword.com