Serem ya judulnya? Tapi memang ini yang sedang saya pikirkan. Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam adalah dua ormas Is...
Serem ya judulnya? Tapi memang ini yang sedang saya pikirkan.
Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam adalah dua ormas Islam. Keduanya selalu menyerukan demi agama, demi Allah dan seterusnya. Banyak hal yang sudah mereka lakukan selama ini.
Namun dari sekian banyak yang mereka lakukan, saya melihat hanya didominasi hal-hal yang bertujuan meraih atau merapat pada kekuasaan, bukan mendidik agar rakyat semakin beragama atau mengenal Tuhan. Bahwa mereka tetap menggunakan Qur’an dengan segala dalilnya, itupun hanya alat untuk mendukung sikap politiknya.
Saya belakangan jadi bingung, HTI dan FPI ini fungsinya jadi mirip partai politik.
FPI misalnya, 2014 lalu sempat berdemo dan melempari balaikota dengan tai kuda. Alasan mereka melakukan itu adalah karena menolak Ahok jadi Gubernur Jakarta, karena saat itu Jokowi menjadi Presiden.
Berhubung aksi rusuhnya tidak berhasil, sementara tai-tai kudanya juga tak membuat Polisi bubar, akhirnya FPI melantik Fachrurozi sebagai Gubernur tandingan.
Namun setelah dua tahun berlalu, tak ada satupun yang sudah dikerjakan oleh Gubernur tandingan ini. Sampai sekarang juga tidak jelas apakah masih jadi Gubernur tandingan apa sudah lengser?
FPI melantik Gubernur tandingan atas nama Islam, atas nama Allah dan sebagainya. Namun jika melihat yang bisa dilakukan oleh Gubernur tandingan hanya berkomentar, secara otomatis ini jadi mengolok-olok umat Islam. Allah telah mereka ajak turun ke jalan untuk berdemo dengan tai-tai kuda, mereka gunakan Islam sebagai cara mendapat kekuasaan secara instan dan salah. Namun setelah selesai, mereka tak melakukan apa-apa. Bagi saya ini penistaan yang sangat luar biasa.
Setelah punya Gubernur tandingan pun, mereka masih tetap menolak Ahok. Ketua FPI, Habib Rizieq, mengeluarkan “risalah istiqlal” berisi 9 point yang ada intinya menolak pemimpin kafir, Ahok. Deklarasinya pun tak tanggung-tanggung, mereka lakukan di masjid Istiqlal. Dari sinilah kemudian banyak khutbah-khutbah jumatan yang membahas pimpinan kafir dan menyindir Ahok. Khutbah jumatan jadi seperti kampanye politik.Sementara HTI, mereka juga turun ke jalan pada 4 September 2016 lalu. Menyerukan haram memilih pemimpin kafir, dengan segala dalilnya.
Kelompok HTI dan FPI ini agak sulit dibedakan, karena sikap politik mereka selalu sama, tidak pernah berseberangan, kostumnya pun sama, daster putih miri orang-orang arab. Mereka kerap melakukan aksi serentak.
Lalu sekarang saat video Ahok soal Almaidah 51 dipotong dan diplintir, ormas-ormas Islam ini kembali meradang. Mereka tak peduli video tersebut sudah diedit dan sengaja diprovokasi dengan transcript yang beda dari aslinya, yang penting bisa menyerang Ahok, intinya Ahok melecehkan Quran, titik.
Bagi sebagian muslim waras mungkin akan kaget dengan sikap-sikap keras FPI dan ormas sejenis yang gagal paham soal video Ahok. Namun bagi saya, ini jadi biasa saja sebab bukan yang pertama kalinya mereka gagal paham atau sengaja pura-pura bego. Dulu mereka juga marah pada Ahok yang melarang berkurban, padahal larangannya adalah menyembelih hewan kurban di tempat umum atau sekolah-sekolah. Ahok mengatur tempat pemotongan hewan kurban. Sampai sekarang pun saya tau persis sebagian mereka masih benci Ahok karena melarang memotong hewan kurban.
Tapi okelah. Kita lupakan bahwa kelompok ini memang sering gagal paham atau pura-pura bego. Anggap saja mereka sudah benar dengan keyakinannya sendiri. Anggap mereka memang benar-benar ingin menegakkan Islam dan seterusnya.
Namun menjadi menarik ketika mereka hanya sibuk mengurusi Ahok. Sementara di sisi lain mereka tak pernah menggubris soal Dimas Kanjeng dan Gatot Brajamusti dengan pesta sex nya atas nama ajaran Islam.
Tidak ada satupun pernyataan keras yang saya dengar dari HTI, FPI ataupun ormas sejenisnya yang mengharamkan Dimas Kanjeng dan Gatot Brajamusti. Tak ada fatwa haram, pun tak ada risalah istiqlal. Semua ormas Islam diam saat Islam dilecehkan. Apakah mereka tidak tau soal Dimas Kanjeng dan Gatot Brajamusti? Hehe sangat mustahil sepertinya.
Sampai di sini, kemungkinannya hanya tiga. Pertama, ormas Islam ini sebenarnya sealiran dengan Dimas Kanjeng atau Gatot Brajamusti. Mereka tidak masalah dengan praktek padepokan sesat. Kedua, bisa jadi mereka sebenarnya merupakan pengikut Dimas Kanjeng dan Gatot. Ketiga, mereka sebenarnya partai politik yang mendaftar sebagai ormas, menggunakan Islam sebagai alat jualan. (seword.com)
Para pembaca boleh pilih 3 kemungkinan tersebut, sementara saya curiga yang nomer 2.
Begitulah kura-kura.
BACA JUGA : Setan Juga Membohongi Kita Pakai Al-Qur’an Demi Kekuasaan