NKRI NEWS, JAKARTA - Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik, padahal tidak. Mengalahkan lawan tanpa bertempur Itulah p...
NKRI NEWS, JAKARTA - Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik, padahal tidak. Mengalahkan lawan tanpa bertempur Itulah puncak kemahiran. ( Tsun zu )
Apakah anda tidak melihat bahwa kita sekarang sebenarnya dalam kondisi perang, teman ?
Apakah tidak terbaca bahwa apa yang sedang dilakukan negara sekarang adalah kembali menguasai aset2-nya ?
Laut sudah kita kuasai dari kapal-kapal illegal fishing dan Malaysia, Thailand, Jepang, Filipina skrg mrk impor ikan dari kita. Perdagangan minyak yang biasanya dikuasai oleh Petral diambil paksa dan dikemballikan pada Pertamina.
Perusahaan-perusahaan tambang yang dulu kaya raya karena mengeruk sumber daya alam, dihancurkan sekejap dengan ketatnya penerapan larangan ekspor materi mentah dan kewajiban membangun smelter yang nilainya triliunan itu dan hanya BUMN yang mampu menolong mereka.
Pasar Indonesia dengan ratusan juta penduduknya dan tingkat pertumbuhan kesadaran asuransi dengan nilai premi ratusan triliun rupiah per tahun yang selama ini dinikmati perusahaan asuransi multinasional, direbut oleh BPJS ( PT Askes ) dengan menggunakan otoritas dari pemerintah, dan banyak lagi hal lainnya.
Negara terlihat begitu aktif memainkan perannya disini
Pemerintah mengajak, mendesak, bahkan mengancam swasta yang dulu berpesta pora di negeri ini untuk melibatkan negara karena sesuai dengan pasal 33 UUD’45, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara.”
Negara sudah tidak lagi menjadi hanya operator, tetapi sudah menjadi master. “Turuti apa kata gua dan lu bisa usaha disini atau lu hengkang dari sini. Ini tanah tanah gua..” Begitu kata negara ketika kita mengibaratkannya dengan gaya si Pitung, jagoan betawi.
Menarik melihat cara berperang Indonesia dalam menguasai asetnya sekarang ini. Ini bukan era Hugo Chavez yang me-nasionalisasi semua asetnya secara paksa. Bahaya, bisa seperti Libya kita dipecah sedemikian rupa.
Ini era komunikasi, era lobby, era tekanan di atas meja perundingan, era Financial Structuring, dan era memenangkan peperangan tanpa pertempuran.
Si kerempeng dengan otak Jenderal, si kerempeng yang di ejek oleh kaum radikal dan kaum tak cinta tanah air. Mungkin betul kata orang dulu bahwa beliau mirip Soedirman. (ARN/MM/DS)