NKRI NEWS, Poso- Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima, lolos saat suaminya pemimpin MIT, Santoso alias Abu Wardah, te...
NKRI NEWS, Poso- Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima, lolos saat suaminya pemimpin MIT, Santoso alias Abu Wardah, tewas, dalam baku tembak dengan tim Satgas Operasi Tinombala.
Istri Kedua Santoso yang kerap menenteng senjata ini, terpaksa lari seribu langkah, masuk ke hutan belukar di Gunung Biru, Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah.
Nyawa Santoso melayang usai diterjang timah panas oleh prajurit dari Batalyon 515 Kostrad Jember yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala, pada Selasa (18/7).
Setelah Santoso tertembak, Atun melarikan diri bersama Nurmi Usman, istri Basri dan seorang anggota Santoso, ke dalam hutan. Mereka menenteng senjata dan membawa satu pucuk senapan M-16.
Jejak-jejak Atun telah ditetapkan sebagai DPO ini terus menjadi buruan Tim Satgas Operasi Tinombala. Istri kedua Santoso ini beserta 19 anggota Santoso lainnya diimbau menyerahkan diri.
Tiga anggota kelompok Santoso berhasil melarikan diri dalam kontak tembak dengan Tim Satgas Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka yang lari masih memiliki senapan M-16.
“Operasi tetap dilanjutkan. Masih tersisa belasan lagi termasuk 3 yang melarikan diri. Mereka membawa satu pucuk senjata api M-16,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar, pada Selasa (19/7).
Boy menegaskan, Satgas Tinombala tetap melakukan perburuan mencari lokasi persembunyian kelompok Santoso. Sebab bukan hal yang mudah mendapatkan lokasi persembunyian itu. “Jejak mereka semakin dekat, sayang dilepas,” ujarnya.
Istri Santoso, Basri dan Ali, bergabung bersama para suaminya sejak Desember 2014. Istri Santoso meninggalkan anaknya yang berusia 1,5 tahun yang dititipkan kepada kerabat Santoso.
“Berdasarkan keterangan tersangka MAQ alias Brother, bila istri Santoso dan 2 akhwat lainnya itu ada di hutan di Gunung Biru,” ujar seorang perwira yang terlibat di Satgas Tinombala pekan lalu.
Selain istri Santoso, ada 2 wanita yang merupakan istri dari anggota Santoso yang juga ikut bergerilya di atas Gunung Biru, Kecamatan Tangkura, Kabupaten Poso itu.
Keduanya adalah Nurmi Usman alias Oma (istri Basri) dan Tini Susantika alias Umi Farel (istri Ali Kalora). Informasi juga dikuatkan oleh pengakuan 2 anak buah Santoso lainnya yakni Aco dan Genda.
Keduanya saat ini tengah menjalani hukuman di sebuah lapas. “Dari keterangan napi Aco dan Genda, mereka mengantar ketiga akhwat itu naik ka Gunung Biru,” cetusnya.
Soal keterlibatan istri Santoso dan 2 ‘bidadari’ lainnya itu, dibenarkan oleh Kapolda Sulteng yang juga Kepala Penanggung Jawab Satgas Tinombala Brigjen Rudy Sufahriadi. “Ketiga akhwat itu masuk dalam daftar DPO yang kami rilis,” ujar Rudy.
Di dalam hutan, Atun ikut menenteng senjata laras panjang. Di kelompok Santoso ada tiga ‘bidadari’ yang ikut berada di hutan di atas gunung. Ketiganya mengenakan hijab dan bercadar warna hitam.
Salah satu perempuan terlihat memanggul senjata api laras panjang, tengah menyeberangi sungai kecil. Salah satu lainnya tampak sedang berjongkok dan membidik dengan senjata api laras panjang.
Foto-foto itu didapatkan dari handphone tersangka MAQ alias Brother yang juga pengikut Santoso yang kemudian disita oleh petugas sebagai barang bukti.
Bercadar dengan jilbab panjang menutup seluruh tubuh, perempuan itu menenteng dan berlatih senjata. Jamiatun dalam salah satu foto terlihat membidik sesuatu dengan senjatanya.
Demi bertahan hidup, mereka harus mengkonsumsi hewan yang ada di hutan seperti Anoa, Burung Rangkong, dan Kuskus. Dahulu biasanya mereka mendapat pasokan logistik dari anak buahnya di perkampungan.
Kehadiran istri Santoso, Basri dan Ali, menimbulkan perpecahan di kelompok Santoso. Di dalam video yang disebarluaskan Santoso selalu berucap agar meninggalkan keluarga dan berjihad.
Kehadiran istri Santoso, Basri dan Ali, menimbulkan perpecahan di kelompok Santoso. Di dalam video yang disebarluaskan Santoso selalu berucap agar meninggalkan keluarga dan berjihad.
Pengakuan dari anggota kelompok Santoso yang ditangkap kepada penegak hukum, ketiga perempuan ini menimbulkan rasa tidak fair. Para anggota yang lain tidak dibolehkan membawa keluarganya.
“Apalagi perempuan itu meminta dilayani bak ratu, tak membantu memasak dan selalu dikawal anak buah Santoso,” tutur seorang penegak hukum yang mendengar kesaksian pelaku. Ada dua kurir serta anggota Santoso yang ditangkap petugas.
Pergerakan kelompok Santoso juga melambat dengan kehadiran tiga perempuan serta anak-anak Santoso. Selain itu, tim pengintai yang salah satu tugasnya berburu logistik juga diharuskan mencari pil KB dan pembalut wanita. (MONITORDAY.com)
“Apalagi perempuan itu meminta dilayani bak ratu, tak membantu memasak dan selalu dikawal anak buah Santoso,” tutur seorang penegak hukum yang mendengar kesaksian pelaku. Ada dua kurir serta anggota Santoso yang ditangkap petugas.
Pergerakan kelompok Santoso juga melambat dengan kehadiran tiga perempuan serta anak-anak Santoso. Selain itu, tim pengintai yang salah satu tugasnya berburu logistik juga diharuskan mencari pil KB dan pembalut wanita. (MONITORDAY.com)