Senin, 30 Mei 2016 RIYADH, NKRI NEWS – Kerajaan Arab Saudi telah memulai pembangunan kedutaan raksasa di Israel, mungkin akan menjadi...
Senin, 30 Mei 2016
RIYADH, NKRI NEWS – Kerajaan Arab Saudi telah memulai pembangunan kedutaan raksasa di Israel, mungkin akan menjadi yang paling penting di Tel-Aviv.
Secara resmi, kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik karena pengusiran mayoritas penduduk Palestina pada tahun 1948 (al-Nakba) oleh Israel.
Namun, fakta Quincy yang ditandatangani antara Presiden Roosevelt dan Raja Abdelaziz pada tahun 1945, dan diperpanjang oleh Presiden Bush dan Raja Fahd pada tahun 2005, antara lain menetapkan bahwa Kerajaan tidak akan menentang tanah air Yahudi di Palestina (negara masa depan Israel).
Raja Abdullah juga membiayai operasi Cast Lead Israel terhadap Jalur Gaza pada 2008. Pemulihan hubungan ini mengakhiri “doktrin Pinggiran” yang menurut Tel-Aviv berusaha untuk menyatukan non-Arab di wilayah (Iran, Turki, Ethiopia) terhadap negara-negara Arab.
Presiden Shimon Peres yang berbicara melalui teleconfrens sebelum Dewan Keamanan Teluk, pada bulan November 2013. Para anggota Dewan tidak dapat menanyakan pertanyaan mereka secara langsung, tetapi melalui perantara Terje Rød-Larsen.
Saat ini, kedua negara berperang bersama-sama di Yaman, dari pusat komando di negara Somaliland. Angkatan Pertahanan Arab Saudi telah mereproduksi konsep Pakta Baghdad, yang juga di bawah komando militer dari negara non-anggota (dalam hal ini, Amerika Serikat).
Mereka berencana bersama-sama melakukan beberapa operasi untuk eksploitasi cadangan minyak di Yaman dan Tanduk Afrika.
Raja Salman juga telah mempromosikan Pangeran Walid Ben Talal (pemilik Citigroup, Mövenpick, Four Seasons) sebagai duta kerajaan berikutnya di Tel-Aviv. [ARN]