“Aku kan muslim, wajib bagiku untuk menjalankan syariat Islam. Islam itu mengatur semua aspek, tidak hanya ibadah saja. Kami wajib punya ...
“Aku kan muslim, wajib bagiku untuk menjalankan syariat Islam. Islam itu mengatur semua aspek, tidak hanya ibadah saja. Kami wajib punya pemimpin muslim. Kami wajib menerapkan hukum potong tangan terhadap pencuri, dan hukum cambuk serta rajam terhadap pezina. Kami tak boleh membiarkan orang lain minum khamar, karena itu maksiat.”
“Baiklah. Ada sebuah tempat di mana seluruh keinginanmu itu terpenuhi.”
“Alhamdulillah. Di mana?”
“Di Saudi Arabia. Jadi, silakan pindah ke sana. Kau akan bahagia.”
“Kok ke Saudi? Aku kan orang Indonesia, bukan orang Arab. Aku warga negara Indonesia.”
“Oh, begitu ya? Yakin, kau warga negara Indonesia?”
“Yakin.”
“Baiklah. Kalau kau orang Indonesia, maka kau harus sadar bahwa hukum dasar di Indonesia adalah UUD 1945, bukan Quran. Kita bukan negara Islam. Menjadi warga negara Indonesia itu tidak selesai dengan mengaku atau bersyahadat saja. Ada syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi seumur hidup, yaitu konstitusi.”
“Konstitusi itu adalah aqad, atau perjanjian bersama, untuk hidup bersama, berbagi ruang hidup yang bernama Republik Indonesia. Perjanjian ini dibuat bersama oleh bapak-bapak kita, pendiri bangsa ini. Mereka bersepakat bahwa negara ini bukan negara Islam, bukan negara yang diatur dengan syariat Islam, melainkan hukum tersendiri yang dirumuskan oleh manusia.”
“Yang kau tuntut tadi, semua adalah hakmu. Hak itu dihormati. Tapi kita hidup berbagi ruang dengan orang lain. Orang lain juga punya hak. Kalau hakmu dipenuhi 100%, artinya akan ada hak orang lain yang terampas. Kau mewajibkan pemimpin harus muslim, maka itu merampas hak orang lain yang bukan muslim untuk menjadi pemimpin. Karena itulah para pendiri negara ini membuat kesepakatan, bahwa semua orang punya hak yang sama untuk menjadi pemimpin. Itu sudah disepakati, kau harus patuh. Kalau tak sanggup, sikakan pindah ke Saudi.”
“Tapi kalau begitu Allah akan murka kepadaku….”
“Kalau kau takut dengan murka Allah, hijrahlah. Nabi saja dulu hijrah. Hijrahlah ke Saudi. Tapi, mungkin kau perlu operasi hidung dulu….”
Abdurakhman.com