Tuduhan keji itu dikemas dalam berbagai macam diksi. Kita semua ingat dan tentu susah melupakan. Pembohong, pencitraan, kodok, kafir, k...
Tuduhan keji itu dikemas dalam berbagai macam diksi. Kita semua ingat dan tentu susah melupakan. Pembohong, pencitraan, kodok, kafir, keturunan China, keturunan PKI, dan banyak lagi kata buruk yang tak sudah-sudah dialamatkan kepada sosok Jokowi selama putaran Pilpres 2014 lalu.
Akan tetapi apa yang terjadi kemudian? Jokowi terpilih sebagai Presiden. Seorang tukang kayu yang direndahkan terpilih untuk memimpin 200 juta lebih rakyat Indonesia.
Lalu, apakah usai sudah hujatan terhadap Presiden Jokowi? Tidak. Hujatan semakin keras. Bahkan ada anak muda yang begitu berani meng-upload meme Jokowi dan Megawati sedang melakukan perbuatan tak patut. Ini benar benar puncak penghinaan lewat dunia maya. Tetapi apa yang kemudian terjadi? Anak muda itu dibebaskan dari hukuman penjara dan bahkan mendapatkan santunan dari Ibu negara untuk modal usaha. Di dunia maya begitu keras menghujat dan menyudutkan Jokowi terus berlangsung.
Jatuhkah Jokowi? Tidak! Sama sekali tidak.
Hujatan dihadapinya tidak dengan hujatan atau curhat di depan publik tetapi dengan kerja keras. Lemahnya dukungan dari partai pendukung dihadapinya dengan sikap konsisten atas agendanya dan tak gentar mengahadapi risiko ketika harus berhadapan dengan mafia yang sebagian besar didukung elit politik. Jokowi melaju tak terbendung. Mengapa dia bisa melewati itu semua ? Dari kesederhanaan sikap dan perbuatannya , tidak sulit baginya untuk mengajarkan hal yang konstruktif kepada siapa saja agar emosi tetap terjaga secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif.
Analis Investasi
Semua itu tercermin dari caranya berpikir (way of thinking), merasakan (feeling) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip (functioning), sebuah cara hidup (the way of life) dan cara menjadi (way of being) yang transformatif. Hal tersebut melebur dalam hati dan jiwa seiring keteladanannya untuk cinta dan kasih sayang.
Seorang teman analis investasi dalam suatu pertemuan mengatakan bahwa apapun yang diungkap di sosmed tidak akan membuat seorang pria jatuh reputasinya kecuali dua hal. Pertama, dia melakukan tindak kriminal atau korup; dan kedua, skandal percintaan yang merugikan dan merendahkan wanita. Siapapun dia bahkan walau dia ustadz atau pendeta, rahib yang sering tampil di mimbar dan dikenal santun, namun bila dia terkena tindak kriminal atau korup maka hancurlah reputasinya. Walau dia berjuang sekeras membela dirinya maka dia tetap pecundang.
Begitu pula bila dia melakukan skandal percintaan yang sehigga merugikan dan merendahkan wanita atau istrinya maka hancurlah reputasinya. Sehebat apapun masalalunya orang akan melupakannya dan menjadikannya alas kaki. Dunia sosmed sangat kejam menghukum seseorang. Hanya dua kesalahan itu saja hukum sosmed bekerja efektif membuat seorang pria hancur berkeping keping. Padahal bukan tidak mungkin Tuhan telah mengampuninya, namun sosmed tidak peduli itu.
Akan tetapi selagi pria tidak melakukan dua hal itu maka apapun celoteh tak senonoh terhadapnya tidak akan merusak reputasinya. Bahkan dia semakin terkenal dan semakin mendapat simpati. Semakin di-bully semakin orang ramai tahu bahwa yang mem-bully itu bukanlah siapa-siapa dan mengomentarinya hanya menjatuhkan kelas dan merendahkan intelektualitas.
Aura Positif
Itu sebabnya Jokowi tidak mau menuntut orang yang menghina dan bergunjing serta berceloteh tak santun terhadapnya. Dia hadapi dengan senyuman sambil berkata "aku ra pa-pa". Karena Jokowi bukan Bill Clinton yang terlibat skandal sex dengan sekretarisnya dengan kisah blowjob. Karena Jokowi bukan tokoh yang terlibat korup bersama istri keduanya. Jokowi hanyalah pria sederhana yang setia kepada istrinya dan menjaga kehormatan keluarganya dengan melarang mereka kaya dengan kekuasaannya.
Berlalunya waktu, tanpa disadari aura positifnya mampu mempengaruhi sebagian besar elit politik. Orang orang baik dari partai maupun tokoh masyarakat, tokoh agama semakin banyak merapat ke Jokowi. Kelompok partai yang memilih berseberangan politik mulai memilih untuk bergabung dengan kubu Jokowi. Ibu Megawati pun tampil di depan publik ketika pelantikan menteri usai reshuffle. Ibu Megawati kembali berada di samping Jokowi setelah sekian bulan bersedia dan berjarak. Kini parlemen berada di bawah kendalinya untuk memastikan dia terus melaju dengan agenda niat baiknya, untuk negeri yang dia cintai. Tidak ada dendam.Tidak ada kebanggaan atas semua itu. Semua dirangkul dan diajak untuk melangkah bersama demi perjuangan membela NKRI.
Nah, apa yang dapat kamu pelajari dari sosok Jokowi? Ingatla lah, ketika Anda berjuang untuk kebaikan, maka akan terjadi proses benturan antara dirimu dengan orang orang sekitarmu. Walau kadang menyakitkan, terluka, teruslah melangkah. Jangan pernah surut langkahmu hanya karena orang-orang menghujatmu, memfitnahmu, merendahkanmu. Yakinlah lukamu tak akan lama sampai orang buruk laku tersingkir dengan sendirinya dan tergantikan oleh orang-orang yang tulus mencintaimu , untuk setia di belakangmu dengan obsesimu.
Mengapa? Karena, ketahuilah, niat baik yang ikhlas karena Tuhan tak lain Tuhan sendirilah yang akan menjagamu dari niat buruk orang lain. Anda akan selalu baik-baik saja. (beritametro.co.id)
Oleh: Erizeli Jely Bandaro
(Pemerhati sosial, Praktisi dan Konsultan Bisnis)